00.46
SUSILO Bambang Yudhoyono tinggal sebentar lagi menjabat
presiden. Jika tak ada aral melintang, rakyat Indonesia akan mempunyai presiden
pengganti Yudhoyono pada hari pelantikan tanggal 20 Oktober 2014 atau delapan
bulan lagi.
Bagaimana aktivitas Istana pada bulan-bulan penghabisan seperti
sekarang? Satu hal yang jelas, Yudhoyono lebih jarang menggelar rapat kabinet
ketimbang tahun-tahun sebelumnya. Dulu, rapat dengan menteri bisa dua kali
seminggu. Belum lagi pertemuan tambahan dengan satu atau dua menteri hingga
malam hari.
Sekarang, rapat kabinet terakhir yang digelar Yudhoyono pada
tanggal 7 Februari 2014 atau lebih dari dua minggu silam. Waktu itu rapat
membahas penanganan bencana alam dan calon pegawai negeri sipil.
16 hari di daerah
Pejabat di lingkungan Istana
pernah mengungkapkan, pada akhir periode kekuasaannya, Yudhoyono berorientasi
untuk melihat langsung dari dekat hasil penerapan kebijakan pemerintah. Tidak
mengherankan, dalam bulan Februari ini, hingga Senin (24/2), Presiden selama 16
hari berada di luar Jakarta.
Perinciannya, 4 hari berkunjung
ke Jawa Barat dan Jawa Tengah dengan kereta, 3 hari berada di Bengkulu, 8 hari
berkunjung ke wilayah pengungsian Gunung Kelud (Jawa Timur), ke Tana Toraja
(Sulawesi Selatan, berjam-jam melakukan perjalanan darat), dan bertemu kerabat
keraton Solo di Yogyakarta. Terakhir, Senin kemarin, Presiden juga pergi ke
Istana Bogor dalam persiapan kunjungan ke Cianjur yang menurut rencana diadakan
pada hari ini.
Meski ditinggal oleh Presiden,
stafnya di Istana tetap sibuk. Kesibukan itu adalah menyiapkan rekomendasi bagi
presiden baru yang akan dilantik delapan bulan lagi. Kegiatan ini merupakan
instruksi Yudhoyono. Seluruh staf pun menyiapkan rekomendasi sesuai bidang
keahlian, seperti ekonomi dan politik. Penyusunannya melibatkan lembaga penting
di lingkungan pemerintah.
”Pak SBY ingin membuat tradisi
baru di Indonesia. Pada setiap pergantian kekuasaan, presiden yang lama
menyampaikan semacam catatan mengenai situasi dan tantangan pemerintah kepada
presiden yang baru,” ujar seorang pejabat di lingkungan Istana yang baru
merampungkan rapat seharian membahas rekomendasi.
Dengan mendapatkan gambaran
memadai mengenai tantangan dan persoalan pemerintah, presiden yang baru
diperkirakan akan mampu bekerja dengan lebih cepat dan efisien. Tidak perlu
lagi meraba-raba.
Si pejabat tadi menambahkan,
tradisi peralihan kekuasaan yang baik selama ini belum kokoh di Indonesia.
”Lihat bagaimana peralihan kekuasaan dari Soekarno ke Soeharto dan demikian
seterusnya,” ungkapnya.
Tidak hanya rakyat, rupanya
pejabat dan staf di lingkungan Istana pun sedang sibuk mempersiapkan
penyambutan presiden anyar. Selamat menyambut
0 komentar:
Posting Komentar